Yang paling unik dari gunung ini adalah ada warung yang menjual makanan siap saji di dekat puncak gunung. Orang-orang menyebutnya warung makan Mbok Yem. Dengan adanya warung siap saji ini, para pendaki tidak perlu khawatir kehabisan bekal saat mencapai puncak. Walau begitu, persiapan logistik harus dipastikan tercukupi, karena warung tersebut tidak selalu buka.
Gunung Lawu memiliki tiga jalur yang sudah dikenal yaitu jalur selatan Cemoro Kandang, jalur barat Cemoro Sewu, dan jalur Candi Cetho. Jalur terakhir adalah jalur yang jarang dipilih oleh pendaki karena treknya yang belum begitu jelas. Hanya beberapa orang yang sudah terbiasa memilih jalur candi cetho. Jalur yang sering dipilih oleh para pendaki adalah dua jalur yaitu Cemoro Kandang dan Cemoro Sewu. Jalur Cemoro Kandang memiliki trek yang lebih panjang (11 kilometer) dibandingkan jalur Cemoro Sewu (7 kilometer).
Kami sebagai pendaki pemula memilih jalur Cemoro Kandang untuk mendaki menuju puncak. Kami memilih jalur ini karena medannya yang tidak terlalu menanjak. Walaupun jaraknya sedikit lebih jauh dari jalur Cemoro Sewu.

Sebelum melakukan perjalanan, kami pemanasan (stretching) terlebih dahulu agar tidak cidera saat melakukan pendakian. Kami memulai pendakian pada pukul 10.00 waktu setempat, saat itu cuaca sangat cerah, sehingga kami dapat menikmati pemandangan sekitar dengan indahnya.
Perjalanan dari basecamp menuju pos 1 masih sangat mudah, medan yang dilalui hanya jalan setapak datar. Ketika sampai pos 1, kami bertemu dengan bule dan mengajaknya untuk berfoto bersama. Ia sangat ramah dan baik.
Karena ada teman kami yang wanita, kami berulang kali beristirahat. Sehingga perjalanan menjadi sedikit lebih lama. Kami sampai pos 2 ketika matahari sudah berada tepat diatas kepala, dan itu sudah memasuki waktu sholat luhur, lalu kami mencari tempat datar untuk melaksanakan sholat luhur berjamaah. Karena tidak ada air di sekitar pos 2, maka kami hanya bertayamum untuk mengganti wudhu.



Di rombongan belakang, saya dan ke 6 teman saya menyusul rombongan yang ada didepan. Kami masih saja berjalan lambat karena teman wanita saya sering meminta beristirahat. Dengan sabar dan santai kami berjalan di gelapnya malam. Namun kami selalu semangat karena di temani pemandangan malam dengan lampu-lampu kota di kaki gunung lawu.

Pagi harinya ketika bangun tidur, saya lihat di layar HP, termometer menunjukkan angka 10 derajat celcius. Suhu paling dingin yang pernah saya rasakan, hingga telapak tangan terasa kaku seperti membeku oleh dinginnya pagi itu. Kami langsung beranjak untuk melaksanakan sholat subuh dan langsung menuju ke puncak untuk melihat matahari terbit di atas puncaknya gunung lawu. Cuaca yang sangat cerah, sehingga matahari terbit dengan indahnya. Kami langsung memanfaatkan moment ini untuk berfoto bersama, mengabadikan suasana yang tak terlupakan ini.


Pada perjalanan pulang ini, kami menemui banyak pendaki yang melewai jalur ini, tak seperti jalur cemoro kandang yang kami lewati kemarin, sepi. Mungkin hanya rombongan kami yang mendaki lewat jalur itu kemarin.
Selama perjalanan, kami di temani oleh bebatuan besar dan pohon cemara yang ada di kiri-kanan kami. Tak heran jika jalur ini disebut dengan cemoro sewu, karena begitu banyaknya pohon cemara yang ada di sepanjang jalur pendakian. Di jalur ini terlihat pemandangan indah dari Provinsi Jawa Timur, khusnya kota Magetan dan Ngawi. Terlihat pula telaga sarangan.
Perjalanan pulang ini cukup singkat, tak lebih dari 4 jam perjalanan. Kami sampai di basecamp cemoro sewu sekitar pukul 12.00, lalu kami beristirahat sejenak di basecamp sambil makan bakso kuah. Sebelum kembali ke basecamp ceoro kandang, kami sholat luhur dahulu di masjid depan basecamp cemoro sewu, airnya sangat dingin, bahkan lantainya juga sangat dingin.
Selesai sholat, kami berjalan kaki melewati jalan raya untuk kembali ke basecamp cemoro kandang, jaraknya tidak jauh, hanya sekitar 1 Km saja. Disepanjang jalan, terdapat banyak penjual bakso dan sate kelinci, makanan khas daerah sini. Di jalan ini pula, terdapat tugu perbatasan antara Jawa Tengah dan Jawa Timur.
Sesampainya di basecamp cemoro kandang, kami langsung melapor ke petugas bahwa kami selamat. Lalu kami mengambil motor dan melanjutkan perjalanan pulang ke rumah.
Perjalanan yang sangat menyenangkan, pengalaman pertama mendaki gunung. Walaupun sangat berbahaya, beresiko, melelahkan dan memakan banyak waktu, tapi itu semua terbayar lunas ketika kita berhasil sampai di puncak gunung. Pemandangan ciptaan sang Ilahi yang mempesona membuat tak henti-hentinya bibir ini menyebut keagungan Allah SWT.
0 komentar:
Posting Komentar